Tuesday, March 27, 2012

Perbedaan Psikoanalisa & Psiko Humanistik dalam memandang manusia


Aliran Psikoanalisis
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu idego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Idmerupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas.Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superegoberfungsi untuk merintangi doronganid, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Tesis-tesis tentang hakikat manusia dari aliran Psikoanalisis adalah bahwa:Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak,- Sebagaian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari,- Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresifitasnya,- Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan,- Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis,- Pembentukan simpton merupakan bentuk defensive,- Pengalaman tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman seseorang,- Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
Pandangan psikoanalisis memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling dan psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur yang dapat dikembangkan.

Aliran humanistik
Aliran Humanistik merupakan kontribusi besar dari psikolog-psikolog terkenal seperti Carl Rogers, Goldon Allport dan Abraham Maslow. Humanistik muncul sebagai gerakan besar psikologi pada tahun 1950 – 1960-an. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Manusia mempunyai potensi di dalam dirinya untuk berkembang sehat dan kreatif. Kreativitas adalah potensi semua orang yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan khusus.
Aliran ini mengkritisi aliran Behaviorisme yang menekankan pada stimulasi tingkah laku yang teramati. Menurut aliran Humanistik, pandangan Behaviorisme terlalu menyederhankan dan melalaikan manusia dari pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks, nilai-nilai cinta kasih atau kepercayaan, juga potensi dan aktualisasi diri. Humanistik sangat mementingkan self (diri) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual.
Aliran Humanistik juga tidak menyetujui pandangan Psikoanalisis yang cenderung pesimistik dan pandangan Behaviorisme yang cenderung memandang manusia sebagai netral (tidak baik dan tidak jahat). Menurut aliran Humanistik, Psikoanalisis dan Behaviorisme telah salah dalam memandang tingkah laku manusia, yaitu sebagai tingkah laku yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaanya (entah sadar entah tidak). Humanistik memandang manusia pada hakikatnya adalah baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik tersebut. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain. Aliran Humanistik memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Dalam kerangka Humanistik, Abraham Maslow menyusun teori motivasi manusia, berupa variasi kebutuhan manusia yang tersusun dalam lima tahap sebagai berikut:
1. Physiological needs
Kebutuhan homeostatik: makan, minum, rumah, kebutuhan istirahat, seks, dan sebagainya.
2. Safety needs
Kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur, hukum, keteraturan, bebas dari rasa takut dan bebas rasa cemas.
3. Love needs / belonging needs
Kebutuhan kasih sayang, keluarga, anak, pasangan, serta menjadi bagian dari kelompok masyarakat.
4. Esteem needs
Kebutuhan kekuatan, kekuasaan, kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian, penghargaan dari orang lain, status, kehormatan dan apresiasi.
5. Self actualization needs
Kebutuhan orang untuk menjadi yang seharusnya sesuai dengan potensinya. Kebutuhan kreatif, realisasi diri dan pengembangan self.

Refleksi Kritis; Asumsi Dasar Tentang Manusia Pada Aliran Psikologi Behaviorisme, Psikoanalisa dan Humanistik
Setiap aliran pada ranah ilmu psikologi selalu mempunyai asumsi dasar tentang manusia sebagai pangkal tolak perumusan teorinya. Secara singkat, pada Behaviorisme dapat kita ketahui bahwa aliran ini mengasumsikan tingkah laku manusia dibentuk oleh lingkungan. Sementara pada aliran Psikoanalisa, manusia secara alamiah dikendalikan oleh alam bawah sadarnya. Aliran Humanistik memberikan kritik pada aliran Behaviorisme dan Psikoanalisa yang dianggap terlalu menyederhanakan permasalahan manusia sebagai entitas yang berakal budi dan berperasaan. Aliran Humanistik secara optimis berasumsi bahwa manusia pada dasarnya adalah baik dan setiap manusia adalah unik. Setiap manusia mempunya potensi yang dapat dikembangkan demi mencapai aktualisasi dirinya secara penuh.
Setiap aliran psikologi tersebut sama-sama menjadikan manusia sebagai objek kajian untuk diteliti. Dalam kajian filsafat manusia, manusia tidak bisa hanya dipandang sebagai objek semata-mata. Setiap manusia adalah subjek yang mempunyai modus meng’ada’ dengan caranya yang serba unik. Keunikan tersebut juga berlaku bagi cara manusia dalam memandang realitas. Untuk itu, psikologi sebagai disiplin ilmu yang menjadikan manusia sebagai objek, terutama dalam urusan jiwa, tidak bisa secara serta-merta menyeragamkan manusia dengan klasifikasi dan kualifikasi tertentu tanpa adanya penggunaan pertimbangan etis normatif dan filosofis.

No comments:

Post a Comment

Suzy Cat